Ada juga Program Inkubasi Seller Hijau yang terdiri atas serangkaian proses, seperti kelas intensif dan kampanye daring, untuk lebih memberdayakan penjual ramah lingkungan.
Program yang juga melibatkan social enterprise The Local Enablers ini, menyasar penjual dengan produk dan kemasan ramah lingkungan, serta usaha berkelanjutan yang berdampak pada sosial dan lingkungan.
Pendiri The Local Enabler Dr. Dwi Indra Purnomo menjelaskan, di Program Inkubasi Seller Hijau Tokopedia, pihaknya berperan sebagai fasilitator untuk berbagi wawasan, serta praktik terbaik dalam menerapkan prinsip ramah lingkungan bagi para pelaku UMKM.
Di sisi lain, Tokopedia juga menyediakan dana pembinaan Rp100 juta untuk 3 penjual ramah lingkungan terbaik dalam program ini.
Aditia menjelaskan, potensi bisnis ramah lingkungan masih sangat besar. Data Tokopedia selama setahun ke belakang mencatat, wilayah Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya sebagai wilayah dengan jumlah pencarian produk ramah lingkungan paling banyak.
Ada pula peningkatan penjualan produk daur ulang sebesar hampir 1,5 kali lipat di Tokopedia. Penjualan produk tas lipat pakai ulang, juga melonjak hampir 2,5 kali lipat.
TISOO merupakan contoh usaha produk ramah lingkungan, yaitu tisu dari bambu dengan kemasan bebas plastik yang bergabung dalam Tokopedia Hijau.
“TISOO hadir sejak awal 2021 untuk membantu mengatasi deforestasi hutan alam. Kami menanam bibit pohon mangrove untuk setiap pembelian produk TISOO. Lewat Tokopedia, omzet kami bisa mencapai puluhan juta,” kata Pemilik TISOO, Stephannie Thian.
Ada juga UMKM KaIND yang menggandeng lebih dari 200 petani di Pasuruan, untuk membuat produk fesyen seperti scarf dan pouch ramah lingkungan, dengan memanfaatkan budidaya ulat sutra eri.
“Proses produksi, dilakukan secara etis (tanpa membunuh pupa ulat sutera), menggunakan pewarna alami dan menerapkan prinsip zero waste,” jelas Melie.
Tokopedia Hijau pun mengajak masyarakat berperan aktif menjaga lingkungan, sebagai dukungan untuk Misi Nol Sampah GoTo 2030.