CERDASBELANJA.ID - Belakangan di media sosial Tiktok, ramai kisah pemilik bisnis rumahan yang merasa kesal karena ide bisnisnya ditiru teman atau pelanggannya sendiri.
Memang, sih, sebagai pebisnis tak jarang kita menjumpai produk yang mirip seperti yang kita jual.
Persaingan seperti ini memang sulit untuk dihindari, jadi dibutuhkan cara cerdas agar bisnis tak dijiplak orang.
Mungkin, tak apa juga produknya mirip, tapi kalau sampai logo, warna, hingga model pengemasannya ikut meniru produk bisnis kita, kan, emosi juga.
Apalagi, orang yang meniru adalah orang yang kita kenal, dan tadinya kita berharap mereka bisa mendukung usaha kita.
Di samping itu, pastilah ada rasa khawatir. Bukan apa-apa, di masa sulit seperti ini, persaingan di pasar sedang ketat dan susah untuk dapat pelanggan.
Bisa jadi makin memengaruhi penjualan jika ada orang yang datang meniru produk kita—sekalipun kita tahu rezeki sudah ada yang mengatur.
Nah, berikut ini 3 cara cerdas agar bisnis tak dijiplak orang.
1. Meski dilanda kesal dan khawatir, jangan sampai hal itu memengaruhi ciri khas dan kualitas barang jualan kita.
Baca Juga: Kampus UMKM Shopee Hadir di Medan, Ini 3 Fasilitas Gratis yang Ditawarkan
Tetaplah fokus dengan menjaga dan meningkatkan mutu produk kita, termasuk juga soal pelayanannya, dibanding resah dengan produk tiruan di luar sana.
Jangan sampai “kalah” dengan produk tiruan, karena mereka berhasil memengaruhi fokus Anda.
2. Coba lakukan inovasi dan melakukan pengembangan usaha.
Jangan biarkan mereka yang meniru bisnis kita mematahkan motivasi dan menghambat ide-ide kreatif yang kita miliki.
Kembangkan bisnis dengan memberikan hadiah bagi pelanggan kita, melalui produk dan layanan.
Misalnya, nih, membuat variasi menu baru, jika bisnis kita bergerak di bidang kuliner.
Sehingga, ada kesegaran baru yang membuat target market kita tertarik.
Pastinya soal berinovasi dan pengembangan usaha ini pasti perlu dana juga.
Berapa, kira-kira idealnya?
Baca Juga: Mau Tahu Cara Mengurus Sertifikat Halal untuk Bisnis Kuliner? Ikuti 4 Langkah Ini
Dilansir dari Kompas.com, kita diminta untuk membukukan sejumlah keuntungan bisnis dan memisahkannya pos-posnya sesuai kepentingan usaha.
Salah satunya bagi pengembangan usaha yang disarankan untuk memisahkan sekitar 10 persen dari keuntungan.
Nantinya dana ini bisa digunakan untuk pengembangan di berbagai hal, seperti membuat inovasi varian produk.
Juga meningkatkan kualitas sumber daya manusia, buka cabang baru, hingga meningkatkan kinerja berbagai alat pendukung produksi.
3. Jika tidak ingin produk jualan kita kembali ditiru orang lain, maka kita bisa mendaftarkan produk kita untuk mendapatkan hak paten dan perlindungan merek untuk bisnis.
Memang prosesnya akan panjang, tapi tak salah juga untuk dicoba.
Soal biayanya, kita bisa memisahkan sekitar Rp500.000 sampai Rp3 juta dari profit bisnis sebagai biaya pengurusan.
Besaran biaya yang dikenakan biasanya tergantung pada kategori pemohon (UMKM atau umum), skala usaha, serta pengurusan baru atau perpanjangan.
Pokoknya, ubah pengalaman tidak menyenangkan ini menjadi batu loncatan yang positif untuk terus berinovasi dan memperbaiki kualitas produk dan pelayanan kita. (*)