Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Resmi, Pemerintah Naikkan Tarif Listrik di Atas 3.500 VA Mulai 1 Juli

Wulan - Senin, 13 Juni 2022 | 15:00
Ilustrasi tarif listrik naik
KOMPAS.com

Ilustrasi tarif listrik naik

CERDASBELANJA.ID – Pemerintah akhirnya meresmikan wacana kenaikan listrik untuk pengguna listrik dengan daya di atas 3.000 volt ampere (VA).

Sebagaimana diketahui, penyebab tarif listrik naik adalah keinginan pemerintah untuk berbagi beban dan menjaga rasa keadilan.

Setelah melalui proses yang cukup lama, akhirnya wacana ini resmi mendapatkan lampu hijau dan akan diterapkan mulai 1 Juli 2022.

Mengutip dari Kompas.com, pemerintah resmi menaikkan tarif dasar listrik (TDL) untuk golongan rumah tangga R2 (3.500 VA hingga 5.500 VA), R3 (6.600 VA hingga ke atas), dan golongan sektor pemerintah (P1/6.600 VA, P2/200 KVA, P3/TR). Tarif listrik naik ini berlaku 1 Juli 2022.

Kepastian itu, disampaikan oleh Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana pada pagi hari ini, Senin (13/6).

Pengguna tegangan 3.500 VA ke atas sendiri dipakai untuk rumah dengan konsumsi daya listrik besar yang umumnya dimiliki masyarakat kalangan menengah ke atas.

"Dampak dari penyesuain tarif listrik pada kuartal I-2022 terhadap inflasi sekitar 0,019%," kata Rida dikutip dari Kontan.

Tarif listrik naik untuk rumah tangga 3.500 VA ke atas ini dilakukan di tengah lonjakan harga komoditas energi imbas perang Rusia-Ukraina.

Kondisi ini membuat asumsi makro dari pemerintah meleset, sehingga dikhawatirkan bakal menyebabkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) semakin melebar.

Baca Juga: Presiden Beri Lampu Hijau, Tarif Listrik di Atas 3.000 VA Bakal Naik

Di luar golongan 3.500 VA ke atas, pemerintah memastikan tarif listrik tak naik. Mulai dari pelanggan R1, yaitu 900 VA-2.200 VA nonsubsidi hingga 900 VA dan 450 VA yang selama ini disubsidi.

Sementara itu, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, sejak tahun 2017 sampai saat ini tidak menaikkan tarif listrik.

Pemerintah lewat PLN sudah menggelontorkan Rp243 triliun dari 2017-2021, kemudian ditambah kompensasi Rp94 triliun agar tujuan daya beli masyarakat tetap tinggi dan bisa mengendalikan inflasi rendah.

"Kalau ada bantuan dari pemerintah itu harus tepat sasaran. Total kompensasi yang tidak tepat sasaran Rp4 triliun," kata dia.

Darmawan mengatakan, pemerintah tidak menaikkan tarif untuk sektor industri dan bisnis.

"Sebagai fondasi ekonomi Indonesia tidak boleh berdampak. Itu kata Pak Presiden Jokowi, agar terus dibantu pemerintah," ungkap dia.

Kenaikan tarif listrik ini, juga sudah mendapatkan persetujuan Presiden Jokowi.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani sebelumnya menyebutkan, akan ada kenaikan tarif listrik di atas 3.000 VA untuk langkah berbagi beban antara kelompok rumah tangga mampu, badan usaha, dan pemerintah.

"Bapak Presiden (Jokowi) dalam sidang kabinet sudah menyetujui boleh ada kenaikan tarif listrik untuk mereka yang langganan listriknya di atas 3.000 VA. Hanya segmen itu ke atas," jelas Sri Mulyani dilansir dari Antara, 20 Mei lalu.

Baca Juga: Listrik Naik? Ini 4 Cara Menghemat Listrik di Rumah yang Mudah Dilakukan

Dengan demikian, dampak kenaikan harga minyak (ICP) terhadap penyediaan energi nasional tidak semuanya dibebankan kepada APBN.

Ia menuturkan, pemerintah menaikkan subsidi listrik sebagai dampak dari kenaikan harga ICP, sehingga tak ada kenaikan tarif listrik untuk masyarakat yang membutuhkan.

Pada tahun 2022, akan terdapat tambahan subsidi listrik sebesar Rp3,1 triliun dari Rp56,5 triliun menjadi Rp59,6 triliun.

Selain itu, Sri Mulyani menyampaikan akan terdapat pula kompensasi listrik yang akan diberikan kepada PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebesar Rp21,4 triliun pada tahun ini yang sudah memperhitungkan adanya kenaikan tarif listrik, untuk pelanggan 3.000 VA ke atas.

"Kompensasi ini, diberikan karena kondisi keuangan PLN memburuk dengan kenaikan ICP dan tidak dilakukannya penyesuaian tarif listrik," jelasnya.

Per 30 April 2022, PLN telah menarik pinjaman sebesar Rp11,4 triliun dan akan melakukan penarikan pinjaman kembali di bulan Mei dan Juni, sehingga total penarikan pinjaman sampai dengan Juni menjadi Rp21,7 triliun sampai Rp24,7 triliun.

Jika tidak ada tambahan kompensasi dari pemerintah, kata dia, maka pada Desember 2022 diproyeksikan arus kas operasional PLN akan defisit sebesar Rp71,1 triliun.

PLN perlu menjaga rasio kecukupan kas operasi, untuk mampu membayar pokok dan bunga pinjaman (debt service coverage ratio/DSCR) kepada peminjam setidaknya minimum satu kali. (*)

Source :Kompas.com

Editor : Cerdas Belanja

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x