CERDASBELANJA.ID - Salah satu keputusan yang dapat berdampak pada keuangan yaitu berutang.
Ùtang diartikan saat kita menggunakan dana pihak lain untuk kebutuhan, keinginan, atau tujuan keuangan kita.
Mengapa kita perlu berutang? Apakah semua utang baik?
Baca Juga: 5 Pertanyaan Penting Ketika Diskusi Keuangan Bersama Pasangan
Sebelumnya kita harus tahu dulu, apa itu utang konsumtif dan produktif, juga bagaimana solusi terbaiknya.
Menurut perencana keuangan Finansialku, Yosephine P. Tyas, S.Kom, MM, CFP,memang ada dua jenis utang yang perlu kita ketahui sebelum memutuskan untuk berutang.
Pertama utang konsumtif, adalah utang untuk membeli barang untuk dikonsumsi atau digunakan, di mana nilainya turun dan biasanya bunganya tinggi.
Misalnya pakai kartu kredit, kredit tanpa agunan (KTA), dan pinjaman online.
Kedua utang produktif, di mana utang ini untuk membeli barang atau aset yang nilainya naik atau bisa menambah penghasilan.
Contohnya kredit pemilikan rumah (KPR), kredit usaha, dan kredit modal kerja.
Baca Juga: Boleh Ditiru, Ini 3 Buku Bertema Finansial Bacaan Para Miliarder
Setelah kita mengetahui jenis utang, menurut Yosephine, kita perlu memastikan beberapa hal supaya kondisi keuangan kita tetap sehat.
1. Ketika berutang kita perlu melihat rasio cicilan utang, di mana cicilan utang maksimal 35% dari penghasilan bulanan.
Contoh penghasilan Rp10 juta, maka maksimal cicilan Rp3,5 juta.
Cicilan utang maksimal 35% ini mencakup seluruh cicilan, baik utang konsumtif maupun utang produktif.
2. Cek rasio utang terhadap aset, di mana total utang maksimal 50% dari total aset.
Semakin besar utang, maka semakin besar risikonya terhadap aset-aset yang kita miliki.
Baca Juga: Apa Itu Latte Factor? Berikut Ini 6 Cara Mudah Untuk Mengatasinya
Jika kita memiliki aset Rp100 juta, maka maksimal total utang (cicilan x bulan pembayaran) adalah Rp50 juta.
Jika kita sudah memiliki utang konsumtif. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar kita bisa bebas dari utang konsumtif:
- Jangan menambah utang lagi.
- Catat secara detail uutang apa saja yang kita miliki, mencakup pokok utang, cicilan/minimum payment, bunga, serta informasi lain terkait utang tersebut.
- Mulai atur utang mana yang akan dilunasi terlebih dahulu, bisa dari pokok utang terkecil hingga terbesar.
- Alokasikan dana khusus dari cashflow (bulanan/tahunan) atau aset yang dimiliki untuk melunasi utang.
- Mulai komit menabung untuk dana darurat, sehingga kita tidak perlu berutang lagi.
Bagaimana jika berutang untuk membuka usaha tetapi mengalami kerugian atau bangkrut di tengah jalan, padahal utang belum lunas? Bagaimana solusinya?
Utang untuk usaha memang termasuk utang produktif, karena dana yang didapatkan bisa digunakan untuk modal usaha, lalu usahanya menghasilkan atau menambah penghasilan.
Perlu diperhatikan bahwa usaha hasilnya tidak pasti atau tetap setiap bulannya, terutama untuk usaha yang baru mulai.
Jadi kalau penghasilan usaha belum stabil, disarankan tidak berutang.
Jika saat ini dalam kondisi sudah memiliki utang usaha namun usaha mengalami kerugian atau bangkrut di tengah jalan, maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan:
- Cek kondisi keuangan pribadi dan usaha. Cek dan gunakan aset yang masih dimiliki untuk bisa membayar utang.
- Menurunkan pengeluaran lain agar bisa membayar cicilan utang. Turunkan segala pengeluaran yang ada, terutama pengeluaran non primer agar alokasi cashflow bisa diprioritaskan untuk bayar utang.
- Restrukturisasi utang. Lakukan restrukturisasi utang ke bank agar kita mendapatkan keringanan, bisa berupa penurunan suku bunga, perpanjangan jangka waktu, pengurangan tunggakan pokok, dan lainnya. (*)