Setelah kita mengetahui jenis utang, menurut Yosephine, kita perlu memastikan beberapa hal supaya kondisi keuangan kita tetap sehat.
1. Ketika berutang kita perlu melihat rasio cicilan utang, di mana cicilan utang maksimal 35% dari penghasilan bulanan.
Contoh penghasilan Rp10 juta, maka maksimal cicilan Rp3,5 juta.
Cicilan utang maksimal 35% ini mencakup seluruh cicilan, baik utang konsumtif maupun utang produktif.
2. Cek rasio utang terhadap aset, di mana total utang maksimal 50% dari total aset.
Semakin besar utang, maka semakin besar risikonya terhadap aset-aset yang kita miliki.
Baca Juga: Apa Itu Latte Factor? Berikut Ini 6 Cara Mudah Untuk Mengatasinya
Jika kita memiliki aset Rp100 juta, maka maksimal total utang (cicilan x bulan pembayaran) adalah Rp50 juta.
Jika kita sudah memiliki utang konsumtif. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar kita bisa bebas dari utang konsumtif:
- Jangan menambah utang lagi.
- Catat secara detail uutang apa saja yang kita miliki, mencakup pokok utang, cicilan/minimum payment, bunga, serta informasi lain terkait utang tersebut.
- Mulai atur utang mana yang akan dilunasi terlebih dahulu, bisa dari pokok utang terkecil hingga terbesar.
- Alokasikan dana khusus dari cashflow (bulanan/tahunan) atau aset yang dimiliki untuk melunasi utang.
- Mulai komit menabung untuk dana darurat, sehingga kita tidak perlu berutang lagi.
Bagaimana jika berutang untuk membuka usaha tetapi mengalami kerugian atau bangkrut di tengah jalan, padahal utang belum lunas? Bagaimana solusinya?
Utang untuk usaha memang termasuk utang produktif, karena dana yang didapatkan bisa digunakan untuk modal usaha, lalu usahanya menghasilkan atau menambah penghasilan.