Berdasarkan temuan itu, J&J secara sukarela menarik kembali produk-produknya. Mereka menyebut ada 33.000 botol bedak berbahan talc yang ditarik.
Dilansir dari ABC, Jumat (12/8), perusahaan digugat dengan tuduhan bahwa produknya yang berbahan talc bisa menyebabkan penggunanya berisiko mengembangkan kanker ovarium dan kanker yang menyerang paru-paru dan organ lainnya.
Meski saat ini J&J sudah menjual bedak bayi berbahan tepung jagung di seluruh dunia, mereka menegaskan bahwa bedak bayi berbahan dasar talc tidak menyebabkan kanker.
"Posisi kami tentang keamanan bedak kosmetik kami tetap tidak berubah," kata perusahaan itu.
“Kami berdiri teguh di belakang analisis ilmiah independen selama puluhan tahun oleh para ahli medis di seluruh dunia yang mengonfirmasi bahwa bedak bayi Johnson yang berbasis bedak tabur aman, tidak mengandung asbes, dan tidak menyebabkan kanker,” sambung dia.
J&J menegaskan, dan sebagian besar penelitian medis tentang talc menunjukkan, bedak bayi berbahan talc aman dan tidak menyebabkan kanker.
Pada bulan April 2021, proposal pemegang saham yang menyerukan diakhirinya penjualan bedak bayi bedak bayi secara global gagal.
Sebelum pengajuan kebangkrutan, perusahaan menanggung biaya sebesar 3,5 miliar dolar AS dalam vonis dan penyelesaian, termasuk 22 wanita yang diberi ganti rugi lebih dari USD2 miliar.
Raksasa perawatan kesehatan itu, juga mengatakan musim gugur yang lalu bahwa mereka akan mengubah bisnis kesehatan konsumennya (yang menjual bedak bayi, Band-Aids dan produk lainnya) menjadi perusahaan publik yang terpisah.
Bagian dari perusahaan yang menjual obat resep dan alat kesehatan akan tetap menggunakan nama J&J.
Saham Johnson & Johnson yang berbasis di New Brunswick, New Jersey, naik sedikit sebelum bel pembukaan pada Jumat (12/8/2022).