3 Metode Serangan Digital dan Pencurian Data, Hindari Flexing di Media Sosial

CERDASBELANJA.ID – Selama ini, sudah banyak kasus kebocoran data yang berujung pada kasus penipuan dan pencurian identitas.

Melalui kasus tersebut, maka data kita bisa bebas disalahgunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab.

Cyber Security Researcher & Consultant Teguh Aprianto menjelaskan, awal mula kasus ini menjadi marak, adalah berasal dari tahun 2017 ketika beberapa e-commerce mengalami kebocoran data.

Adapun kebanyakan data yang bocor, adalah nama lengkap, e-mail, nomor HP, dan tanggal lahir. Keempat 4 data tersebut, adalah informasi yang sensitif karena termasuk ke dalam data pribadi kita.

“Namun, ketika data ini bocor artinya sudah bukan sesuatu yang sulit untuk mencari informasi tentang nama, nomor HP, e-mail, sampai tanggal lahir seseorang,” ujar Teguh dalam diskusi virtual beberapa lalu, dikutip Sabtu (12/3).

Apalagi, jika kita kerap melakukan flexing di media sosial yang mudah diakses semua orang. Dengan demikian, proses pencurian data bisa semakin mudah dilakukan oleh oknum tidak bertanggung jawab.

Teguh menjelaskan, serangan digital belakangan ini didominasi oleh tiga metode utama, yaitu social engineering, phishing, dan brute force.

Social Engineering, adalah metode serangan digital dengan memanipulasi korban agar tanpa disadari mengikuti kemauan pelaku, atau memberikan apa yang diminta oleh pelaku.

Teguh menjelaskan, umumnya masyarakat menyebut tindak kejahatan ini dengan “hipnosis.” Padahal, hal ini bukanlah metode hipnosis.

Baca Juga: Waspada Pencurian Data, Ikuti Cara Menjaga Keamanan Akun Tokopedia

“Pada dasarnya, kita dimanipulasi agar tanpa disadari mengikuti kemauan pelaku atau memberikan apa yang diminta oleh pelaku. Jadi, dia mengalihkan perhatian kita ketika kita kurang fokus,” jelas Teguh.

Phishing, adalah metode menjebak korban menggunakan halaman login palsu yang dibuat seakan-akan mirip dengan halaman login asli.