“Serangan digital ini, masih digunakan bahkan sampai sekarang sudah menyasar ke aplikasi chatting. Jadi, biasanya mereka mengirimkan sebuah link yang dibuat seakan-akan mirip dengan halaman aslinya dan itu bisa mencuri data kita,” ungkap Teguh.
Brute Force, adalah serangan digital dengan menggunakan sebuah tools yang dibuat khusus untuk menebak data pribadi. Misalnya seperti password, OTP, PIN dan autentikasi lainnya.
Menurut Teguh, Brute Force bisa ditangkal apabila penyedia platform tinggal mengatur sebuah pengaturan khusus.
“Jadi, percobaan login terus-menerus dalam waktu cepat bisa dibatasi. Misalnya dibatasi dalam waktu 1 menit bisa dilakukan 10 percobaan oleh 1 IP address. Jika login bermasalah, maka IP address tersebut bisa diblok. Hal ini yang belakangan digunakan oleh platform media sosial, kalau dulu mungkin kita bisa membobol akun Facebook atau Twitter orang, maka sekarang sudah tidak bisa,” tutup Teguh. (*)