Berdasarkan riset e-Conomy SEA 2019 dari Google, Temasek, dan Bain & Company, Oktober 2019, tercatat ada sekitar 26% atau 47 juta jiwa dari total populasi penduduk dewasa di Indonesia, telah memiliki rekening bank.
Namun, mereka masih menghadapi keterbatasan akses ke layanan keuangan konvensional di ranah pembiayaan konsumen, seperti kartu kredit dan Kredit Tanpa Agunan (KTA).
Bahkan, jumlah populasi underbanked di Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara.
Dengan demikian, tak heran jika saat ini berbagai kolaborasi strategis juga dilakukan di antara bank konvensional dan pelaku industri paylater mulai dari pendanaan lini kredit, hingga menghadirkan kartu fisik paylater, guna menjangkau lebih banyak masyarakat, terutama kelompok underbanked tersebut.
Industri paylater juga terus beriringan, dengan pengembangan industri e-commerce. Hal ini, tecermin dari preferensi konsumen dalam memilih metode pembayaran digital untuk berbelanja di e-commerce.
Sebanyak 27% responden menggunakan paylater untuk berbelanja di e-commerce paling tidak satu kali dalam setahun terakhir, bersaing dengan metode pembayaran e-wallet dan transfer bank.
Sementara itu, transaksi paylater di e-commerce Indonesia juga mengalami peningkatan hingga 8,7 kali.
Baca Juga: Banyak Digunakan, Transaksi Fitur Paylater dan Modal Toko di Tokopedia Meningkat
Lily menjelaskan, sektor e-commerce menjadi salah satu fokus utama Kredivo dalam meningkatkan penetrasi setiap tahunnya.
Kredivo pun telah melakukan integrasi fitur paylater, dengan wallet share setidaknya 50% di mayoritas merchante-commerce di Indonesia.
Berkaca pada pertumbuhan industri paylater yang begitu pesat dalam 3 tahun belakangan, serta makin diminati oleh masyarakat Indonesia, Kredivo optimis industri paylater Indonesia akan memainkan peranan yang makin besar dalam lanskap digital payment di Asia Tenggara.
“Di Indonesia, Kredivo juga akan meningkatkan layanan di kota-kota tier 3, memperluas target konsumen ke sektor produktif, seperti UMKM,” tutup Lily. (*)