Follow Us

Puncak Omicron Diperkirakan Februari, Kemenkes Kebut Vaksinasi Booster di Jabodetabek

Wulan - Selasa, 18 Januari 2022 | 13:00
(Ilustrasi)  vaksin booster,
Pixabay.com

(Ilustrasi) vaksin booster,

Hal yang tidak kalah penting, protokol kesehatan 5M seperti menggunakan masker, mengurangi mobilitas, menghindari kerumunan, mencuci tangan pakai sabun, menjaga jarak, serta aktif menggunakan aplikasi Pedulilindungi harus ditegakkan sebagai bagian penting pengendalian Covid-19.

Budi menyebutkan, vaksinasi booster juga akan menjadi fokus pemerintah. Menurutnya, cakupan vaksinasi booster di wilayah Jabodetak akan dikebut, untuk meningkatkan dan mempertahankan kekebalan tubuh dari ancaman penularan varian Omicron.

“Selain prokes dan surveilans, juga dipastikan semua rakyat DKI Jakarta dan Bodetabek akan dipercepat vaksinasi boosternya, agar mereka siap kalau gelombang Omicron nanti naik secara cepat dan tinggi,” katanya.

Berkaca dari puncak gelombang kenaikan kasus akibat varian delta pada 2021 lalu, Ketersediaan obat juga menjadi fokus Kemekes.

Pada awal tahun 2022, Kemenkes telah mendatangkan 400 ribu tablet Molnupiravir sebagai obat terapi tambahan untuk pasien Covid-19 gejala ringan.

Obat ini, telah tersedia di Indonesia dan siap diproduksi dalam negeri pada April atau Mei 2022 oleh PT Amarox.

Selain Molnupiravir, Kemenkes juga akan mendatangkan Paxlovid yang rencananya akan tiba pada Februari. Obat-obat ini, rencananya akan didistribusikan secara merata hingga ke berbagai apotek.

Baca Juga: Sudah Dimulai, Jokowi Tegaskan Biaya Vaksinasi Covid-19 Dosis Ketiga Gratis

“Obat ini, bukan hanya di Puskesmas maupun RS Pemerintah, nantinya juga akan tersedia di apotek sesuai dengan jenisnya, yaitu obat yang bisa dibeli umum dan obat yang bisa didapatkan hanya dengan resep dokter,” kata Budi.

Lebih lanjut terkait kesiapan RS, Menkes menuturkan bahwa meski menular dengan sangat cepat, tetapi gejala pasien Omicron tergolong lebih ringan.

Oleh karena itu, tingkat perawatan untuk pasien dengan gejala sedang ataupun berat yang membutuhkan perawatan di RS, persentasenya jauh lebih rendah dibandingkan varian Delta.

“Di negara-negara tersebut (yang mengalami puncak kenaikan kasus Omicron) hospitalisasinya antara 30%-40% dari hospitalisasi Delta. Jadi, walaupun penularan dan kenaikannya lebih cepat dan tinggi, tapi hospitalisasinya lebih rendah,” tutup Budi.

Editor : Cerdas Belanja

Baca Lainnya

Latest