Dengan begitu, pendeteksian penyebaran Covid-19 akan bisa semakin masif.
“Nanti di airport kita pakai. Pelabuhan, di kereta api kita pakai. Nanti di RT/RW, hotel, supermarket, di mana kita kasih, hanya Rp62 juta. Jadi saya kira cost-nya akan turun, dan pemakaian satu orang itu bisa sampai Rp20.000,” ungkap Luhut.
Sebagai informasi, GeNose, alat pendeteksi virus corona buatan para ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM), baru-baru ini resmi mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan.
Melansir laman UGM, Sabtu (26/12), Ketua Tim Pengembang GeNose, Kuwat Triyatna, mengatakan izin edar GeNose dari Kemenkes turun pada 24 Desember.
Menurut Kuwat, setelah izin edar diperoleh, maka tim akan melakukan penyerahan GeNose C19 hasil produksi massal batch pertama yang didanai BIN dan Kemenristek/BRIN untuk didistribusikan.
Diberitakan Harian Kompas, berbeda dengan alat deteksi Covid-19 lainnya, GeNose menggunakan embusan napas untuk penentuan infeksi Covid-19 atau tidak.
Baca Juga: Bisnis Tanaman Hias, Raih Omzet Rp40 Juta Hingga Bikin Inovasi
Hasil pemeriksaan alat yang menggunakan sistem kecerdasan buatan (artificial intelligence) itu diklaim bisa selesai dalam waktu sekitar 80 detik.
Kuwat mengatakan pola embusan napas seorang yang terinfeksi Covid-19 akan berbeda dengan pola embusan napas orang sehat.
Kuwat menyebut, virus atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh seseorang akan menghasilkan volatileorganiccompounds atau senyawa organik mudah menguap yang khas.
Senyawa organik mudah menguap itu juga terdapat dalam embusan napas seseorang.
Biaya tes dengan GeNose jauh lebih murah dibandingkan tes lainnya. Kuwat mengatakan, harganya sekitar Rp15.000-Rp25.000.