CERDASBELANJA.ID – Obligasi adalah surat utang jangka menengah maupun jangka panjang yang dapat diperjualbelikan.
Obligasi adalah surat utang berisi perjanjian dari pihak yang menerbitkan Efek, untuk membayar imbalan berupa bunga (kupon) pada periode tertentu.
Obligasi juga berisi perjanjian untuk melunasi pokok utang, pada akhir waktu yang telah ditentukan, kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
Baca Juga: Banyak Diterbitkan, Kenali Apa Itu Instrumen Investasi Obligasi
Obligasi ini merupakan salah satu investasi Efek berpendapatan tetap yang bertujuan untuk memberikan tingkat pertumbuhan nilai investasi yang relatif stabil.
Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada instrumen ini, maka ada baiknya kita mengenali apa saja risiko dan keuntungan dari investasi di obligasi.
Berikut adalah beberapa keuntungan dari berinvestasi di obligasi.
1. Aman
Obligasi merupakan salah satu instrumen investasi yang aman digunakan. Untuk obligasi negara, bahkan pembayaran imbalan dan pokok sampai jatuh tempo dijamin oleh Undang-Undang (UU) Nomor 24 Tahun 2002 atau UU Nomor 19 Tahun 2008.
Dana yang disediakan untuk membayar kupon ini juga termasuk ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya.
Alasan keamanan inilah yang membuat beberapa orang secara mantap memilih obligasi untuk berinvestasi.
Baca Juga: Kenali Jenis-Jenis Obligasi, Ada yang Dijual Negara dan Swasta
2. Mendapat Keuntungan Tetap
Untuk obligasi dengan bunga tetap (fixed), kita bisa mendapatkan keuntungan rutin dengan besaran bunga yang lebih tinggi dari deposito atau bunga tabungan biasa.
Nilai suku bunga yang kompetitif ini, menjadikan obligasi banyak diburu oleh para investor, baik investor senior atau pemula.
Untuk obligasi ritel, kita bahkan bisa menerima imbalan atau kupon setiap bulannya sesuai dengan nominal investasi yang diajukan.
3. Bisa Diperdagangkan
Obligasi bisa diperdagangkan di pasar sekunder dengan mekanisme melalui bursa efek, atau transaksi di luar bursa (over the counter).
Selain itu, beberapa obligasi juga bisa dijual atau dicairkan sebagian, sebelum masa jatuh tempo berakhir.
Namun tentunya, ada beberapa syarat dan ketentuan yang berlaku saat mengambil uang sebelum waktu jatuh tempo.
Baca Juga: Cari Tahu Platform Jual-Beli Obligasi, Cermat Sebelum Investasi
4. Potensi Capital Gain
Obligasi bisa memberikan keuntungan berupa capital gain, yaitu keuntungan saat harga jual obligasi lebih tinggi dibandingkan harga beli.
Jika harga jual jauh lebih tinggi dibandingkan harga beli, tentu kita bisa mendapat keuntungan berlipat ganda.
Selain keuntungan, beberapa risiko yang bisa dihadapi saat berinvestasi pada obligasi adalah sebagai berikut.
1. Risiko Gagal Bayar
Risiko gagal bayar adalah risiko saat investor tidak dapat menerima pembayaran pokok dana dan imbalan yang dijanjikan oleh penerbit, pada saat produk investasi memasuki masa jatuh tempo.
Pada kondisi ini, investor berpotensi kehilangan seluruh atau sebagian nilai dana pokok yang diinvestasikan di obligasi. Risiko ini akan sering ditemui pada obligasi yang diterbitkan perusahaan swasta.
Sementara itu, obligasi negara tidak mempunyai risiko gagal bayar karena dijamin oleh UU. Jadi, negara menjamin pembayaran kupon atau imbalan dan pokok obligasi, sampai dengan jatuh tempo dengan dana yang disediakan APBN setiap tahunnya.
Baca Juga: Banyak Diminati, Kenali Apa Itu Cryptocurrency dan Blockchain
2. Risiko Likuiditas
Ini merupakan risiko yang akan dialami investor, saat kesulitan memperjualbelikan obligasi di pasar sekunder.
Pasalnya, obligasi menjadi likuid saat permintaannya di pasar cukup tinggi. Hal tersebut, biasanya dipengaruhi oleh karakteristik penerbit, kupon bunga, serta masa jatuh tempo obligasi.
Risiko likuiditas ini umumnya melekat pada semua obligasi. Namun, obligasi pemerintah cenderung lebih likuid karena ada pihak yang bertindak sebagai market maker atau berperan sebagai pembeli siaga.
3. Risiko Pasar
Risiko ini dapat terjadi apabila harga obligasi berfluktuasi karena berbagai faktor ekonomi makro, seperti inflasi, kondisi politik yang tidak stabil, atau perubahan suku bunga.
Pada saat inflasi meningkat, harga obligasi berpotensi turun. Harga obligasi berbanding terbalik dengan suku bunga. Jika suku bunga acuan, dalam hal ini BI Rate turun, maka harga obligasi akan cenderung naik. Sebaliknya, ketika suku bunga naik maka harga obligasi akan cenderung menurun.
Pada saat obligasi dijual dengan harga lebih rendah maka investor mengalami kerugian (capital loss). Capital loss juga dapat terjadi saat kita menjual obligasi kepada pendana lainnya di pasar sekunder sebelum jatuh tempo, dengan harga jual lebih rendah daripada harga beli sebelum.
Baca Juga: Berbeda dengan Tabungan Biasa, Kenali Apa Itu Pengertian Deposito
4. Risiko Perubahan Peraturan
Investasi obligasi juga menghadapi risiko perubahan peraturan terutama di bidang perpajakan. Risiko ini dapat terjadi apabila pemerintah mengubah besaran pajak obligasi.
Pasalnya, hal ini dapat mempengaruhi hasil investasi yang diperoleh investor. Untuk itu, risiko ini sangat perlu untuk diwaspadai.
Risiko dan potensi keuntungan dari investasi selalu berjalan beriringan. Namun, jika dibandingkan dengan instrumen investasi berisiko tinggi lainnya, obligasi memangmemiliki risiko yang lebih rendah. (*)