Misalnya, seperti lokasi yang sedang dikunjungi saat ini atau momen lainnya. Namun, kata Teguh, ternyata secara tidak sadar kita telah memberikan informasi pribadi secara gratis.
Informasi tersebut, tanpa disadari sering dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Selain media sosial, para penipu juga bisa mengorek informasi pribadi kita menggunakan mesin pencari seperti Google. Di dalam mesin pencari ini, biasanya banyak data-data kita yang seharusnya terindeks.
“Misalnya di Google, terindeks data kita dari situs web universitas, atau data dari website pemerintah dan itu berujung ke kebocoran informasi pribadi seseorang,” jelas Teguh.
2. Social Engineering
Teguh menjelaskan, metode social engineering dilakukan dengan memanipulasi korban agar tanpa disadari mengikuti kemauan pelaku, ataupun memberikan apa yang diminta oleh pelaku.
Biasanya, kata Teguh, hal ini dimulai dengan interaksi yang tanpa disadari biasanya tujuan pelaku adalah melengkapi puzzle.
“Jadi penipu sudah punya informasi nama lengkap dan nomor HP kita, tapi dia belum punya informasi e-mail dan lain-lain. Nah, untuk mendapatkan hasil yang belum lengkap itu, dia memulai komunikasi dengan calon korbannya,” ungkap Teguh.
Komunikasi ini, bertujuan untuk mendapatkan informasi pribadi kita. Umumnya, sering kali digunakan untuk meminta kode OTP, password dan lain-lain.
Baca Juga: Waspada Pencurian Data, Ikuti Cara Menjaga Keamanan Akun Tokopedia
3. Data Breach
Menurut Teguh, data breach punya dampak paling besar terhadap kasus kebocoran dan pencurian data belakangan ini.