Salah satunya dengan memadukan hal-hal yang paling gampang diretas, dari tanggal penting, nama pasangan, nama hewan peliharaan, hingga kode pos. Lebih lanjut lagi, hampir 1 dari 4 orang mengaku menyimpan sandi dalam aplikasi ‘Catatan’ di ponsel yang umumnya tidak dienkripsi secara default.
Baca Juga: 5 Cara Hindari Serangan Phishing Digital, Jangan Sembarangan Klik
Sejalan dengan hal di tas, maka di sini juga muncul masalah lain, yaitu para pengguna ulang sandi ini dua kali lebih mungkin menjadi korban pencurian data keuangan online.
Di mana pelanggaran data terjadi? Jawabannya adalah di manapun data dibagikan. Penelitian Google ini, juga menemukan bahwa 3 dari 5 responden membagikan sandi kepada teman atau keluarga, khususnya untuk akun platform streaming, layanan pesan-antar makanan, dan situs e-commerce.
Di dalam transaksi online, sebanyak 3 dari 4 orang mengaku pernah melakukan pembelian di halaman yang tidak ditandai dengan simbol aman.
Dengan demikian, memberikan kesempatan empuk kepada penipu untuk mencuri informasi dan melakukan pembelian dengan uang mereka.
Selain itu, 74% responden yang menyimpan informasi keuangan secara online juga membagikan sandi kepada teman dan keluarga. Hal ini, meningkatkan kerentanan terhadap pelanggaran data pribadi karena sandi mereka digunakan di beberapa perangkat.
Semua kebiasaan buruk ini, mungkin telah menjadi sebab hampir 2 dari 3 responden di Indonesia pernah mengalami pelanggaran data, atau mengenal seseorang yang pernah mengalaminya.
Baca Juga: Cara Jaga Keamanan Data Internet Banking dan Kartu Kredit BCA
Product Marketing Manager Google Indonesia Amanda Chan mengatakan, berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa orang yang pernah menjadi korban pelanggaran data, memiliki kemungkinan 10x lebih besar untuk menjadi korban peretasan.
“Saat kita mengorbankan keamanan demi kemudahan dengan membagikan sandi kepada orang lain, menggunakan sandi yang sama untuk berbagai layanan, dan membuat sandi yang mudah ditebak, kita membuat informasi pribadi kita – termasuk data pembayaran – sangat tidak aman,” tutur Amanda dalam diskusi virtual, Rabu (3/11).
Di tengah temuan-temuan yang kurang menyenangkan ini, terdapat sebuah harapan dari pernyataan niat para responden untuk menjadi lebih bertanggung jawab secara digital.