Baca Juga: Dukung UMKM Lokal, Tokopedia Hadirkan Inisiatif Baru Hyperlokal
Saat itu, Tisa dan Fauzi baru lulus dari Fakultas Seni Rupa Intitut Teknologi Bandung. Keduanya pun beride membuat sebuah studio seni rupa.
“Kalau sendiri kan modalnya lumayan untuk beli peralatan. Jadi kami patungan untuk bikin studio gitu, total biayanya Rp15 juta,” kata Tisa.
Biaya itu menurut Tisa habis untuk beli peralatan.
“Produk pertama kami itu gelas yang ada tempat sedotannya,” ujar Tisa.
Gelas itu kemudian dijual Tisa di Pasar Seni ITB, rupanya banyak orang yang suka dengan produk mereka.
Dari situlah, Tisa mulai berjualan gelas dan peralatan makan hasil dengan mempromosikannya dari mulut ke mulut.
“Kami mengandalkan desain kontemporer yang bisa dipakai, dan Instagramable juga,” lanjut Tisa.
Baca Juga: Terdampak Pandemi, Bisnis Mad Bagel Tumbuh 270% dalam 6 Bulan
Sementara untuk bahan, setelah jalan beberapa tahun, Kandura mulai peduli dengan lingkungan.
Tisa bilang, “Karena kami sadar, produksi keramik juga membutuhkan tanah liat. Kalau tanah liat suatu saat habis, bagaimana?”
Untuk itu, Tisa dan teman-temannya mengganti bahan utama pembuatan keramik dengan tanah liat sisa pabrik.