CERDASBELANJA.ID -Menikmati masa tua dengan bahagia tentu keinginan semua orang.
Apalagi bisa merintis usaha baru sekaligus membahagiakan orang.
Salah satu kisah inspiratif merintis usaha di masa tua dialami H. Nafis dan istrinya.
Seperti dilansir dari Kompas.com, H. Nafis yang bernama lengkap KH Nawafie Saleh dan istrinya Hj Euis Cornelis Jaffar merintis usaha baru di kampung halamannya, Gunung Salak Bogor.
Nafis yang juga merupakan mantan Wartawan Harian Bersenjata di masa orde baru.
Dia juga sudah 35 tahun mengabdi sebagai anggota dewan (1987 – 2019, di kabupaten 4 periode, di Jawa Barat 2 periode, dan di DPR RI selama 1 perode).
Kini Nafis menjalani usaha bersama istrinya mengelola waterpark.
Berawal dari niat ingin membangun kolam renang untuk tujuh orang cucunya.
Tapi berkat bujukan dari banyak warga kampung, akhirnya keduanya membuka lokasi tersebut untuk wisata.
Baca Juga: Bisnis Lokal Dekayu, Manfaatkan Platform Digital untuk Kenalkan Produk Kerajinan dari Kayu
Modal bangun "waterpark" Rp 3 miliar
Dengan luasan tanah yang dimiliki mencapai 3,5 hektar, hampir separuhnya dialokasikan untuk membangun wisata waterpark.
Lokasi wisata tersebut juga dilengkapi dengan kolam ikan, saung dan fasilitas bermain anak – anak.
Walau demikian, Euis mengatakan usahanya tersebut bukan untuk mencari keuntungan, namun untuk sekedar mengisi waktu di hari tua.
Bisnis nonprofit yang dijalankan keduanya ini sudah berjalan kurang lebih 1 tahun, terhambat karena adanya pandemi Covid-19 dari awal tahun 2020.
Dengan modal yang diperoleh dari usaha katering, rias pengantin, dan pensiunan, keduanya secara bertahap membangun kawasan wisata untuk masyarakat setempat, dengan menggelontorkan dana sekitar Rp 3 miliar.
“Cucu kami sering renang, dan pulang selalu kelelahan. Akhirnya kita bangun kolam renang tahun 2019. Pas lagi membangun ada Covid-19, jadi pembangunan dibubarkan. Di tahun 2021 berjalan lagi, dan Covid-19 lagi, stop lagi. Di tahun 2021 kita kejar sampai selesai,” kata Euis Rabu (25/5).
Saat Lebaran didatangi sampai 1.000 orang
Setelah pembangunan selesai, Euis mengatakan warga sekitar meminta agar kolam renang bisa dinikmati untuk umum.
Awalnya Euis bingung, akan menetapkan harga tiket masuk berapa, namun setelah berunding dengan keluarga besar, akhirnya ia memutuskan untuk membebankan biaya tiket Rp 10.000 per orang.
“Desember tanggal 27 tahun 2021, kita buka dan menyelesaikan seadanya. Akhirnya kita buka untuk umum, dan ini juga didukung oleh pemerintah dan kadin. Yang datang sangat ramai, bahkan, saat Lebaran kemarin, 800 – 1.000 orang datang ke sini,” ujar Euis.
Sembari menikmati angin khas pegunungan, dan suguhan jagung rebus hangat Nafis mengatakan, bisnis yang dia jalani ini memang tidak berorientasi pada untung.
Tidak hitung untung
Karena jika dihitung, dengan jumlah 800 orang dan harga tiket Rp 10.000 tentunya belum ada keuntungan yang didapat.
“Kita belum untung, memang awalnya ini kolam renang untuk cucu, tapi setelah ramai begini, kenapa tidak untuk dibuka bagi masyarakat umum. Kita juga ingin melihat anak – anak bisa nyaman berenang, karena juga ini kolamnya untuk anak – anak sehingga usia 3 tahunan lebih relatif aman,” tambah Nafis.
Jika memasuki area wisata dari pintu gerbang utama, masyarakat akan disuguhkan dengan area yang cukup luas, kolam renang, dan permainan khas waterpark dengan kedalaman kolam sekitar kurang dari setengah meter.
Area wisata juga dilengkapi dengan kantin, toilet, serta mushala. Berjalan lagi ke belakang, terdapat juga kolam ikan dengan beragam jenis seperti ikan bawal, ikan mas, ikan patin, ikan gurame, ikan nila, hingga ikan lele, yang di atasnya terdapat saung – saung tradisional untuk pengunjung beristirahat.
Euis mengatakan, penggunaan saung dan tempat istirahan tidak dikenakan biaya apapun.
Jadi wisata baru Gunung Salak, serap pekerja warga sekitar
Selain menjalani usaha waterpark, Euis dan Nafis juga memiliki bisnis rias pengantin dan katering bernama @cateringvirgins.
Kedua bisnis tersebut telah dijalani selama kurang lebih 20 tahun.
Dari bisnis itu, dan ditambah dengan uang pensiun, keduanya perlahan mampu membangun usaha waterpark yang menjadi lokasi wisata kebanggaan masyarakat sekitar Gunung Salak.
“Kita punya uang sedikit – sedikit kita masukin ke pembangunan waterpark, jadi memang uang kita bukan berbentuk seperti anggaran. Ini juga tanah, adalah tanah warisan orang tua. Insya Allah, nanti kita berencana akan membangun cafe, dan juga memanfaatkan lahan untuk wisata glamping,” ujar Euis.
Hingga saat ini Euis dan Nafis mempekerjakan sebanyak 22 orang warga kampung sekitar yang terdiri dari 10 orang untuk mengurus waterpark, dan 12 orang lainnya untuk membantu usaha katering.
Keduanya juga enggan merekrut pekerja dari kampung lainnya, karena ingin memberdayakan warga sekitar.
Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul Niat Bikin Kolam Renang untuk Cucu, Pensiunan Anggota Dewan Ini Bangun "Waterpark" di Bogor. (*)