CERDASBELANJA.ID – Menjelang Lebaran, pasti banyak yang sudah mulai menyiapkan kue kering.
Tentu banyak juga kue kering yang ditawarkan beragam produsen, salah satunya Ina Cookies.
Berdiri sejak 1992 Ina Cookies masih tetap eksis bahkan jadi salah satu produsen kue kering terbesar di Indonesia.
Lantas, apa, sih, rahasia Ina Wiyandini, pendiri Ina Cookies, untuk bisa konsisten jalankan usahanya hingga kini genap berusia 30 tahun dan tetap laku?
Rupanya, semua dimulai dengan modal nekat. Terdengar klasik tapi memang begitu adanya.
Di tahun 1991 usaha ekspor jahe milik keluarganya yang bangkrut memantapkan Ina untuk menekuni bisnis kue kering, sebelumnya ini hanya bisnis sampingan alias hobi semata.
Ina pun mulai mengembangkan resep yang sebelumnya diajarkan oleh sang kaka kepadanya.
“Berawal dari lima jenis kue kering dari resep keluarga, akhirnya saya mulai mencoba resep-resep baru. Ada dari tahu, tempe, jamur, sampai pete,” tutur Ina.
Perlahan tapi pasti kue kering karyanya mulai menggaet banyak penggemar.
Baca Juga: Biar Nggak Rugi, Ini 4 Cara Beli Baju Lebaran Online agar Pas di Badan
Namun, Ina yang saat itu masih berdomisili di Cirebon tidak langsung puas.
Dengan bermodalkan keyakinan, di tahun 1994 ia akhirnya memutuskan pindah ke Kota Bandung untuk mengembangkan bisnisnya.
Mau tidak mau Ina pun kembali memulai bisnisnya dari nol.
Ia harus rela menjual rumahnya yang bahkan masih tak cukup memenuhi kebutuhan produksi.
Sampai-sampai, untuk bahan baku kuenya saja pernah meminjam terlebih dahulu baru kemudian dibayar setelah produknya laku dijual.
Tak ingin menyerah dengan bisnisnya, Ina mencari modal tambahan dengan menjadi makelar jual beli rumah dan mobil.
Kata Ina, “Dari situ sambil jalan usaha kue hingga akhirnya singkat cerita mulai berhasil dan memiliki 100 karyawan saat itu.”
Ogah Ganti Mesin
Sejak memutuskan pindah ke Bandung Ina sudah berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat sekitar, khususnya memberdayakan para ibu.
Hal ini bahkan jadi value di perusahaannya.
Baca Juga: 5 Cara Pakai THR ala Tokopedia, Dijamin Bermanfaat Sambut Lebaran 2022
“Pesan suami saya, masyarakat sekitar di mana usaha ini dibangun harus memiliki nilai lebih, harus berdaya. Sehingga sebisa mungkin kita berdayakan warga sekitar,” ujar Ina.
Meskipun tidak mudah untuk mengajarkan bagaimana membuat kue sesuai standar yang diinginkan, namun 30 tahun berlalu Ina membuktikan jika hal itu bukanlah masalah.
Kini sudah ada 800 orang yang diberdayakannya di bagian produksi.
Rupanya Ina juga ogah menggunakan mesin untuk mencetak kue-kuenya.
Dari 130 jenis kue yang diproduksi, hanya satu jenis saja yang dicetak menggunakan mesin yakni kue sagu yang dinilainya sangat berat jika harus menggunakan tenaga manusia.
“Semua pakai tangan manual, diputar-putar, dibulat-bulat, dibentuk angka delapan dan sebagainya. Sebetulnya bisa pakai mesin, tapi saya ingin semua tetap handmade untuk mempertahankan originalitas,” tuturnya.
Meskipun dibuat dengan tangan, semua produknya dipastikan memenuhi standar yang diinginkan, kok.
Pasalnya, ada pelatihan yang diberikan untuk karyawan agar bisa mahir, dan memastikan takaran dan besaran kue yang diproduksi menjadi seragam.
Baca Juga: Wearing Klamby Hadirkan Koleksi Baru Jelang Lebaran, Stok Lebih Banyak!
Lebih dari itu, Ina percaya dengan dikerjakan oleh manusia usahanya akan lebih berkah.
“Beda kalau mesin itu tidak berdoa, kalau manusia berdoa, kesusahan kita bagaimana, berbagi rasa, empatinya seperti apa,” pungkas Ina. (*)