Investor Pemula Wajib Tahu Apa Saja Jenis Saham, Ada Banyak Pilihan

Rabu, 24 Maret 2021 | 22:00
iStockphoto

Investor Pemula Wajib Tahu Apa Saja Jenis Saham, Ada Banyak Pilihan

CERDASBELANJA.ID – Saat ini, investasi saham mulai kembali dipilih para investor di pasar modal karena instrumen investasi tersebut perlahan mulai bangkit.

Bangkitnya investasi saham ini, salah satunya dipengaruhi oleh adanya kepercayaan dan harapan pasar terkait proses vaksinasi Covid-19.

Saham adalah sebuah bukti kepemilikan nilai sebuah perusahaan atau penyertaan modal dari seseorang, di dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.

Baca Juga: Apa Itu Saham? Investasi yang Disebut Berisiko Tinggi, Ini Jawabannya

Melalui kepemilikan modal tersebut, maka seseorang memiliki klaim atas pendapatan dan aset perusahaan yang disebut dividen.

Bisa dibilang, dengan memiliki saham berarti kita juga sudah menjadi bagian dari pemilik perusahaan tersebut.

Sebelum mulai berinvestasi, kita perlu mengenal dulu apa saja jenis saham yang bisa diinvestasikan. Adapun perincian apa saja jenis saham adalah sebagai berikut.

1. Saham Berdasarkan Hak Tagih atau Klaim

a. Saham Biasa (Common Stocks)

Saham jenis ini, memungkinkan kita melakukan klaim kepemilikan pada semua penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan. Namun demikian, pemilik atau pemegang saham jenis ini hanya memiliki kewajiban yang terbatas.

Keuntungannya, adalah jika terjadi risiko terburuk seperti kondisi bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut.

Jenis saham ini juga umumnya banyak dipilih untuk investasi, karena berpotensi memberi untung yang besar. Selain itu, transaksi saham ini bisa dilakukan dengan mudah di pasar modal.

Baca Juga: Punya Banyak Jenis, Kenali 10 Jenis Mata Uang Cryptocurrency

b. Saham Preferen (Preferred Stocks)

Jenis saham ini didesain sebagai gabungan antara obligasi dan saham biasa. Beberapa investor menyukai jenis saham ini, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Saham preferen juga memungkinkan investor punya suara lebih besar dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), serta pemegang saham diprioritaskan dalam pembayaran dividen dan pembayaran kembali jika perusahaan dilikuidasi.

Secara umum, karakteristik saham preferen ini sama dengan saham biasa yang bisa mewakili kepemilikan ekuitas. Saham ini juga diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis di atas lembaran saham tersebut, serta rutin membayar dividen kepada investor.

Tidak hanya itu, pemegang saham ini juga bisa melakukan klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividennya tetap selama masa berlaku dari saham, serta memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan (convertible) dengan saham biasa. Inilah yang membuat saham preferen mirip dengan obligasi, dan banyak diminati investor.

2. Saham Berdasarkan Peralihan

a. Saham atas Unjuk (Bearer Stocks)

Secara fisik, pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya. Hal ini bertujuan agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor lainnya.

Umumnya, investor yang memiliki saham ini bertujuan untuk memperjualbelikan sahamnya di pasar modal.

Namun demikian, investor tidak perlu khawatir, karena secara hukum siapa yang memegang saham tersebut, maka ialah diakui sebagai pemiliknya dan berhak untuk ikut hadir dalam (RUPS). Pastikan untuk berhati-hati dalam mengelola saham ini, karena jika sertifikat hilang maka saham juga hilang.

Baca Juga: Cara Kenali Jenis-Jenis Deposito, Ternyata Banyak Perbedaan Mendasar

b. Saham Atas Nama (Registered Stock)

Saham ini merupakan kebalikan dari saham atas unjuk. Pada saham atas nama, pemegang saham tertulis jelas nama investor di dalam kertas saham.

Tidak hanya itu, cara peralihannya pun juga harus melalui prosedur tertentu. Prosedurnya harus melalui pencatatan nama dari pemilik saham baru, ke dalam buku khusus yang berisi daftar nama pemegang saham perusahaan.

Berbeda dengan sebelumnya, jika sertifikat saham hilang maka investor bisa meminta penggantinya, karena nama investor tersebut sudah tercatat dalam buku pemegang saham.

3. Saham Berdasarkan Kinerja Perdagangan

a. Saham Blue Chip (Blue Chip Stocks)

Saham blue chip adalah saham unggulan atau papan atas, karena berasal dari perusahaan yang memiliki reputasi baik. Mulai dari sisi kualitas, kemampuan, serta keandalan dalam beroperasi, sehingga bisa menguntungkan.

Kinerja saham ini tidak perlu diragukan lagi, karena punya track-record konsisten dalam jangka waktu yang panjang.

Tidak hanya itu, perusahaan dengan saham blue chip memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayarkan dividen kepada investor.

Baca Juga: Cara Kenali Jenis-Jenis Deposito, Ternyata Banyak Perbedaan Mendasar

b. Income Stocks

Income stocks adalah jenis saham yang dalam jangka panjang tercatat secara reguler dan terus menerus membayarkan dividen yang lebih tinggi dari rata-rata.

Jenis saham ini, adalah pilihan ideal bagi investor yang mencari tingkat pendapatan yang tinggi dan relatif aman.

Tidak heran jika kemampuannya dalam memberikan pendapatan yang lebih tinggi dan secara teratur membagikan dividen tunai, bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi investor.

c. Growth Stocks

  • Well-Known
Mirip dengan saham blue chip, saham jenis well-known memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi sebagai petinggi di industri sejenis.

Perusahaan dengan saham ini, dikenal sebagai perusahaan yang mempunyai reputasi tinggi.

  • Lesser-Known
Walaupun bukan sebagai petinggi dalam industri, tetapi jenis saham ini tetap memiliki ciri growth stock.

Baca Juga: Beri Kemudahan Pinjaman, Kenali Dulu Jenis-Jenis P2P Lending

Biasanya, saham jenis ini merupakan saham dari perusahaan daerah dan kurang populer di kalangan emiten.

d. Speculative Stocks

Investor dengan profil resiko high risk, bisa mencoba jenis saham ini. Saham ini berpotensi menghasilkan laba tinggi di masa depan.

Meski demikian, investor tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan atau laba secara stabil dari tahun ke tahun.

e. Counter Cyclical Stocks

Jenis saham ini paling stabil saat kondisi ekonomi bergejolak, karena tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro ataupun situasi bisnis secara umum.

Sebagai contoh, jika terjadi resesi ekonomi, maka harga saham ini tetap tinggi. Hal ini karena, emiten terkait mampu memberikan dividen yang tinggi.

Hal ini tersebut bisa terjadi sebagai akibat dari kemampuan emiten dalam memperoleh penghasilan yang tinggi bahkan pada masa resesi. (*)

Editor : Yunus

Baca Lainnya