Tentu dengan mempertimbangkan fleksibilitas dalam membuat kebijakan moneter.
“Proyeksi kenaikan tambahan tingkat suku bunga Amerika Serikat pada 2023 sebesar 75 bps dengan target kebijakan menjadi di tingkat 5,1 persen, saat ini berada di kisaran 4,25 persen-4,50 persen,” ungkap dia.
Menurut Nursalam, ekspektasi kenaikan suku bunga acuan yang lebih kecil berpotensi mengembalikan daya tarik emas sebagai aset safe-haven, terlebih dengan adanya kekhawatiran resesi.
Selain itu, IMF juga memangkas proyeksi pertumbuhan global di tahun 2023 menjadi 2,9 persen pada bulan Oktober 2022, dibandingkan proyeksi IMF Juli sebelumnya yaitu 2,7 persen.
Pemangkasan itu dilakukan seiring dengan melambatnya pertumbuhan tiga penggerak ekonomi terbesar dunia (AS, China, dan Eropa).
“Emas sensitif terhadap pergerakan kenaikan tingkat suku bunga acuan. Jika The Fed mengadopsi kebijakan yang kurang agresif dibandingkan tahun lalu, maka berpotensi menjadi prospek baik bagi emas,” kata Nursalam.
Andian Wijaya, Analis Monex Investindo Futures, menilai semua produk komoditas sebenarnya tak bisa dipukul rata.
Sebab, ada beberapa komoditas yang masih tinggi peminat, sedangkan ada beberapa produk yang mungkin akan mengalami penurunan permintaan.
Namun, Andian menilai harga logam emas masih berpeluang naik, mengingat ada rencana The Fed untuk tidak bersikap agresif di tahun 2023.
Sehingga, sangat mungkin pelaku pasar kembali mengalihkan minat kembali ke emas.
Jadi tertarik lanjut investasi emas? (*)