3 Faktor Utama Pendorong Pertumbuhan Paylater, Mulai Banyak Dikenal Masyarakat

Senin, 21 Februari 2022 | 20:00
Dok. Kredivo

Kredivo

CERDASBELANJA.ID – Pada masa pandemi ini, banyak masyarakat yang lebih sering berbelanja secara online dan menggunakan pembayaran digital.

Tidak hanya dompet digital, pembayaran beli sekarang bayar nanti atau paylater juga makin dikenal dan digemari masyarakat.

Riset Perilaku Konsumen E-Commerce Report 2021 mengungkapkan, pengguna metode pembayaran paylater di Indonesia meningkat selama pandemi.

Perinciannya, sebanyak 55% dari konsumen yang menyatakan pernah menggunakan paylater, baru menggunakannya saat pandemi.

General Manager Kredivo Lily Suriani menjelaskan, saat ini industri paylater telah menjadi industri yang terus bertumbuh secara signifikan dalam waktu relatif cepat.

“Kebutuhan masyarakat akan opsi metode pembayaran fleksibel di tengah rendahnya penetrasi kartu kredit di Indonesia, masih menjadi faktor utama bagi pertumbuhan industri ini,” ungkap Lily dalam keterangannya, dikutip Sabtu (19/2).

Lebih lanjut, Kredivo mengungkap tiga faktor utama yang mendorong pertumbuhan industri paylater di Indonesia.

1. Kesenjangan Akses Kredit

Faktor pertama adalah adanya kesenjangan akses kredit di Indonesia yang masih tinggi, versus percepatan adopsi digital.

Menurut data Bank Indonesia, jumlah kartu kredit di Indonesia mencapai 16,5 juta pada September 2021, atau mengalami penurunan 6% dari jumlah tertinggi 17,5 juta di bulan Februari 2019.

Baca Juga: Bisa Utang Dulu, Kini Belanja di MAP Bisa Bayar Pakai Paylater Kredivo

Secara keseluruhan, penetrasi kartu kredit di Indonesia hanya mencapai 6% dari total populasinya.

Hal ini membawa peluang komersial tinggi bagi digital payment termasuk paylater, terlebih dengan percepatan adopsi digital yang terus meningkat signifikan karena pandemi.

Bahkan, kartu kredit merupakan metode pembayaran yang paling sedikit diminati oleh konsumen saat bertransaksi di e-commerce, yaitu kurang dari 5%.

2. Paylater Dirancang untuk Memberi Nilai Tambah bagi Merchant

Sejak awal kehadirannya, paylater dirancang bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dari sisi konsumen, tetapi juga memberikan nilai tambah para merchant dari sisi transaksi dan jangkauan pasar.

Melalui integrasi dengan paylater, para merchant Kredivo, baik online maupun offline mampu mengalami peningkatan transaksi, dengan setidaknya mendorong 3% hingga 4% dari GMV merchant e-commerce teratas.

Selain itu, dari sisi Cart Conversion Rate atau persentase pembelian berdasarkan jumlah barang yang disimpan oleh pelanggan di keranjang belanja, memungkinkan merchant yang telah melakukan integrasi dengan paylater memiliki Cart Conversion Rate 50% lebih tinggi selama checkout.

3. Pengalaman Seamless bagi Konsumen

Kemampuan teknologi paylatermemungkinkan konsumen mendapat persetujuan secara instan, sehingga konsumen akan lebih nyaman dan bertransaksi 2-3x lebih sering.

Inovasi teknologi industri ini mampu menghadirkan sistem skor kredit secara cepat dan kemampuan manajemen risiko yang terjamin.

Bahkan, Kredivo telah memiliki matriks risiko setara dengan bank, dengan tetap menerapkan prinsip responsible lending bagi konsumen, yaitu memberikan kredit sesuai kebutuhan konsumen tersebut.

Baca Juga: Kredivo Hadirkan Kartu Fisik Paylater, Cerdas Belanja Offline Bunga 0%

Selain itu, dengan bunga sekitar 2,6% per bulan untuk cicilan 6 hingga 12 bulan, Kredivo saat ini sudah memiliki 5 juta pengguna aktif di Indonesia yang tumbuh hampir 2x lipat dalam 10 bulan terakhir.

Adapun rata-rata pengguna bertransaksi 25x menggunakan Kredivo setiap tahunnya. Hal ini, menunjukkan bagaimana Kredivo memiliki engagement rate yang tinggi untuk penggunanya.

Berkaca pada pertumbuhan industri paylater yang begitu pesat dalam 3 tahun belakangan, serta makin diminati oleh masyarakat Indonesia, Kredivo optimis industri paylater Indonesia akan memainkan peranan yang makin besar dalam lanskap digital payment di Asia Tenggara.

“Di Indonesia, Kredivo juga akan meningkatkan layanan di kota-kota tier 3, memperluas target konsumen ke sektor produktif, seperti UMKM,” tutup Lily. (*)

Editor : Presi

Baca Lainnya