CERDASBELANJA.ID – Apabila berbicara mengenai pengelolaan uang, tentu kita akan dihadapkan dengan banyak aturan dan nasihat keuangan.
Mulai dari hidup hemat, menabung lebih awal, menekan anggaran, siapkan dana pensiun di usia muda dan sebagainya.
Namun ternyata ada banyak mitos dan kesalahpahaman di dalam nasihat tersebut.
Melansir dari CNN Business, kenali 4 mitos finansial agar kita tidak mudah terjebak dan terhindar dari kesalahpahaman.
Baca Juga: Jangan Sampai Salah, Kenali Perbedaan Utang Lancar dan Utang Macet
1. Semua Utang Itu Buruk
Utang sering kali mendapat reputasi buruk, dan kita sering kali diiimbau untuk menghindari utang dengan segala cara.
Padahal tidak semua utang itu buruk, karena ada yang dinamakan utang lancar.Utang lancar adalah utang yang memiliki tingkat bunga rendah dan dapat membantu membangun kekayaan dari waktu ke waktu.
Pengertian umum dari utang lancar ini adalah utang yang akan membawa keuntungan dan nilai tertentu di masa depan. Misalnya utang hipotek atau pinjaman sekolah.
Meski demikian, utang lancar juga bisa menjadi masalah. Khususnya apabila kita tidak mampu membayar cicilan utang tersebut.
Utang berperan dalam menentukan skor kredit kita. Skor tersebut biasanya digunakan oleh pemberi pinjaman (lender) untuk menilai risiko kredit kita, serta menentukan suku bunga yang akan diberikan.
Semakin tinggi skor kredit kita, maka akan semakin mudah persyaratan yang diajukan. Artinya, kita bisa menghemat uang untuk pembayaran bunga.
Baca Juga: Merdeka Finansial dengan 5 Cara Tepat Terbebas dari Belenggu Utang
2. Menyewa Seperti Membuang-buang Uang
Membeli rumah dapat membantu kita membangun kekayaan, karena aset ini diharapkan dapat membangun ekuitas dari waktu ke waktu.
Meski membeli rumah bisa menjadi investasi yang bagus untuk jangka panjang, tetapi hal ini belum tentu cocok untuk semua orang.
Pasalnya, proses membangun rumah diawali dengan pengeluarann banyak biaya dan jumlahnya tidak sedikit.
Termasuk uang muka, biaya penutupan, serta biaya di luar hipotek seperti biaya asosiasi pemilik rumah, pajak properti, asuransi, dan perbaikan lainnya.
Nah karena tidak semua orang berencana tinggal di suatu daerah selama beberapa tahun, maka opsi menyewa bisa lebih masuk akal secara finansial.
Jadi, kita tidak perlu mengambil risiko kehilangan uang lebih banyak untuk membeli properti, serta biaya transaksi jual beli.
Baca Juga: Anti Wacana, Ini Cara Mewujudkan Resolusi Keuangan Jadi Kenyataan
3. Kita akan Menghabiskan Uang Lebih Sedikit di Masa Pensiun
Tentunya kita punya daftar berbagai hal yang akan dilakukan pada saat sudah pensiun. Untuk merealisasikan seluruh rencana tersebut tentunya kita membutuhkan uang.
Pada awalnya, banyak yang berpikir bahwa kita tidak perlu menabung lagi setelah pensiun. Selain itu, utang hipotek akan lunas, atau kita hanya akan menghabiskan sedikit uang di masa pensiun.
Namun bagi sebagian orang, gaya hidup pensiun bisa jadi lebih mahal daripada saat masa kerja. Apalagi saat pensiun kita memiliki lebih banyak waktu luang untuk bepergian, membeli aset, atau membantu dana pendidikan anak atau cucu.
4. Tidak Sopan Membicarakan Tentang Uang
Bagi sebagian orang, membicarakan uang dianggap hal yang tabu. Namun demikian, berbicara terbuka mengenai finansial bersama pasangan, bisa membantu membangun ekspektasi pengeluaran dan penghematan.
Jika kita punya anak, biarkan anak-anak mengikuti kondisi finansial dan ajari cara mengelola keuangan dari sedini mungkin.
Tidak hanya itu, berbagi informasi penghasilan atau gaji dengan pasangan, dapat membantu mengidentifikasi perbedaan gaji.
Baca Juga: Mana yang Lebih Prioritas, Dana Darurat atau Investasi? Ini Jawabannya
Dengan demikian, kita dan pasangan bisa melakukan penganggaran dalam besaran tabungan atau biaya bulanan dalam rumah tangga.
Pada saat berbicara terbuka mengenai finansial dengan pasangan, tentunya akan ada banyak hal yang dapat kita pelajari antara satu sama lain.
Jadi, jangan mengikuti mitos bahwa tidak sopan untuk membicarakan keuangan, karena ada banyak hal yang bisa kita pelajari. (*)