Follow Us

Pemilik Bisnis Online, Kenali Apa Saja Jenis Risiko Keuangan

Wulan - Selasa, 12 Januari 2021 | 16:00
Pemilik Bisnis Online, Kenali Apa Saja Jenis Resiko Keuangan
pexels.com/@alexandermils

Pemilik Bisnis Online, Kenali Apa Saja Jenis Resiko Keuangan

CERDASBELANJA.ID – Pemilik bisnis online pasti akan familier dengan risiko keuangan. Risiko keuangan, adalah segala macam risiko yang berkaitan dengan keuangan.

Biasanya, risiko keuangan dibandingkan dengan risiko non-keuangan, seperti risiko operasional.

Risiko keuangan, biasanya muncul sebagai hasil dari pengambilan sebuah keputusan yang berpotensi memberikan kerugian di dalam bisnis yang sedang dijalankan.

Baca Juga: Promo The Body Shop Terbaru, Dapatkan Produk TBS dengan Diskon 50%

Risiko keuangan juga bisa muncul akibat adanya ketidakpastian target keuangan di dalam sebuah usaha, atau adanya ketidakpastian ukuran keuangan dalam sebuah usaha.

Risiko keuangan sangat berkaitan dengan keuangan seperti pengaruh transaksi dalam neraca, nilai tukar mata uang, kewajiban kontrak kerja, jatuh tempo pembayaran utang, risiko likuiditas suatu usaha, adanya persaingan usaha serta hal yang mengurangi fleksibilitas keuangan.

Secara umum, ada beberapa jenis risiko keuangan yang bisa dialami oleh pemilik usaha online. Di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Risiko Pengeluaran yang Berlebihan (Overspend)

Permasalahan yang sering kali ditemui dalam mengelola sebuah usaha, adalah pengeluaran lebih besar daripada pendapatan.

Hal ini, sering kali menyebabkan pengeluaran sama dengan pendapatan. Masalah ini tidak bisa dianggap sepele, karena jika dibiarkan terus menerus bisa berakibat pada kegagalan bisnis.

Ini bisa terjadi karena pengusaha tidak memerhatikan kondisi keuangannya dengan baik. Mulai dari memberikan piutang kepada konsumen terlalu lama dan lupa melakukan penagihan, hingga berutang kepada supplier tanpa memerhatikan jangka waktu pembayaran.

Baca Juga: Tetap Waspada, Kenali Berbagai Risiko Keuangan Pada Bisnis Online

Kelebihan pengeluaran umumnya akan menimbulkan utang baru. Hal ini umumnya terjadi ketika pemilik usaha terpaksa berutang untuk menutupi pengeluaran, atau karena pemilik usaha sering mendahulukan keinginan dan kepuasan pribadi, dibandingkan dengan kebutuhan.

Maka dari itu sangat penting untuk memeriksa dan mencatat arus kas. Untuk menghindari risiko ini, pemilik usaha umumnya harus memastikan bahwa pengeluaran hanya digunakan untuk keperluan operasional bisnis saja.

Pemilik usaha juga perlu untuk mencatat setiap pengeluaran yang dilakukan, agar arus kas bisa tetap terkontrol.

2. Risiko Bangkrut

Tidak perlu diragukan lagi, risiko bangkrut sangat erat hubungannya dengan para pemilik bisnis.

Biasanya, risiko ini terjadi karena beberapa faktor. Misalnya seperti kekurangan modal atau dana cadangan, manajemen keuangan yang buruk, tidak adanya rencana bisnis, tidak mengerti pasar yang dituju, atau kalah dalam bersaing di pasaran.

Untuk mengantisipasi hal ini, pemilik bisnis online perlu untuk mengatur arus kas dan menyimpan dana cadangan. Dana cadangan ini bisa bersumber dari keuntungan yang didapatkan dari penjualan suatu produk.

Baca Juga: Sambut PSBB Jawa-Bali, Gokana Tawarkan Menu Promo Combo Terbaru

3. Risiko Biaya Kesehatan

Tidak bisa dimungkiri bahwa kesehatan merupakan masalah yang cukup krusial dalam menjalankan bisnis online. Apalagi, bisnis online sering kali dilakukan di dalam ruangan saja.

Terlalu lama menatap layar ponsel, kelelahan saat menyiapkan barang, kurangnya waktu tidur dan sebagainya bisa berindikasi pada kesehatan pemilik bisnis.

Saat terserang penyakit, biaya pengobatan yang dibutuhkan sangatlah tidak terduga. Untuk itu, risiko ini sangat perlu diwaspadai karena juga akan berpengaruh pada kegiatan bisnis. Jangan sampai, biaya pengobatan menghabiskan seluruh laba yang didapat dari bisnis dan membuat bisnis menjadi bangkrut.

4. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas, adalah risiko yang muncul jika suatu pihak tidak dapat memenuhi kewajiban jangka pendek atau pengeluaran tak terduga.

Risiko ini terjadi jika perusahaan kekurangan yang tunai, karena semua modal berbentuk surat berharga, bangunan dan sebagainya.

Risiko ini pun bisa menimbulkan utang dan berujung pada kebangkrutan bagi sebuah usaha. Risiko ini sering kali terjadi pada usaha dengan skala kecil atau yang baru bertumbuh.

Baca Juga: Sebelum Berinvestasi, Kenali Apa Saja Jenis Investasi Crowdfunding

Risiko likuiditas merupakan suatu risiko keuangan karena adanya ketidakpastian likuiditas. Tingkat likuiditas seorang pemilik bisnis dapat berkurang jika mengalami pengeluaran kas yang tak terduga.

Ini juga bisa disebabkan oleh peristiwa lainnya yang menyebabkan pihak lain menghindari transaksi atau memberikan pinjaman ke pihak tersebut.

Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa risiko likuiditas juga bisa terjadi jika pasar yang dituju sedang mengalami penurunan likuiditas.

5. Risiko Biaya Tak Terduga

Semakin lancar bisnis berjalan, pasti akan sering menemui risiko pengeluaran yang tidak terduga. Pengeluaran tak terduga merupakan pengeluaran yang harus dibayarkan oleh seseorang pada waktu yang tidak terencana.

Berbeda dengan pengeluaran operasional yang terstruktur, pengeluaran tak terduga sering kali menghabiskan anggaran di luar prediksi. Terkadang, biaya yang dikeluarkan bisa berada di luar dari jumlah pengeluaran yang dihabiskan setiap bulannya.

Ada beberapa pengeluaran tak terduga yang perlu diantisipasi dalam menjalankan bisnis online shop. Misalnya adalah keterlambatan pembayaran ke supplier, pergantian karyawan secara mendadak, serta penyusutan pemasukan.

Baca Juga: Simak! Ini Tiga Rekomendasi Aplikasi Investasi Reksa Dana Bagi Pemula

6. Risiko Kehilangan Pendapatan Utama

Banyak masyarakat yang menjadikan bisnis online sebagai pekerjaan sampingan di luar pekerjaan rutin, sehingga terkadang arus kas menjadi tidak menentu. Tidak jarang, modal yang digunakan untuk memulai bisnis online shop berasal dari pekerjaan rutin.

Namun, di masa pandemi yang serba tidak menentu ini, semua hal perlu diantisipasi. Para pemilik bisnis online shop sangat perlu mengantisipasi adanya risiko kehilangan pendapatan utama.

Beberapa hal yang bisa memicu seseorang kehilangan pendapatan utama adalah adanya PHK, bisnis mengalami kebangkrutan, memasuki masa pensiun, terkena penyakit kronis dan sebagainya. Apabila hal tersebut terjadi, maka sangat penting bagi pebisnis online untuk bisa memutar keuntungan yang didapat dari bisnisnya untuk dijadikan modal lagi.

7. Risiko Pemasaran

Tentunya bisnis online shop sangat erat hubungannya dengan pemasaran. Baik itu melalui iklan di media sosial, bekerja sama dengan influencer, atau melakukan endorsement.

Namun, strategi marketing ini juga perlu diwaspadai. Tidak jarang, pebisnis online shop malah mengalami kerugian setelah melakukan pemasaran. Beberapa faktor yang seringkali menjadi penyebabnya adalah target audiens yang tidak sesuai, capaian postingan yang tidak memenuhi target, atau strategi iklan yang kurang menarik.

Hal ini tentu memberikan kerugian tersendiri bagi pemilik bisnis online shop. Terlebih, apabila modal yang dikeluarkan tidak kembali atau tidak memberikan keuntungan. Untuk itu, berbagai faktor ini sangat penting untuk diperhatikan.

Baca Juga: 5 Cara Menjadi Reseller yang Sukses Jualan Online, Apa Saja?

8. Risiko Kurangnya Modal

Risiko permodalan adalah risiko berupa kemungkinan tidak mampunya pemilik usaha untuk menutupi kerugian. Sering kali, keterbatasan modal menjadi hambatan yang paling berat untuk memperluas usaha yang dijalankan.

Untuk memastikan pertumbuhan dan perkembangan, maka pebisnis online shop perlu jeli dalam mengelola modal kerja yang ada.

Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan menghitung rasio modal saat ini, mengelola persediaan, serta membuat rencana penggunaan modal. (*)

Editor : Yunus

Baca Lainnya

Latest