Tahun Depan Terancam Resesi Ekonomi, Perlu Atur Uang Belanja?

Sabtu, 10 Desember 2022 | 19:00
Freepik

15 Negara Berpotensi Resesi Termasuk Indonesia.

CERDASBELANJA.ID – Resesi ekonomi masih menghantui sejumlah negara di dunia, termasuk Indonesia, sehinggq bikin sebagian orang hati-hati saat belanja.

Bayang-bayang kebangkrutan, seperti yang terjadi pada Sri Lanka juga menghantui Indonesia, tentu jadi berpikir ulang kebutuhan belanja.

Tak salah jika banyak di antara kita yang khawatir Indonesia akan mengalami resesi merasa perlu mengatur ulang anggaran belanja.

Seperti yang dilansir dari Kompas.com, Survei Bloomberg memang mencatat Indonesia masuk dalam deretan negara yang berpotensi resesi.

Tapi untungnya, Indonesia bukan negara terparah dalam hal resesi, mengingat Indonesia berada pada posisi ke-14 dalam daftar negara yang berpotensi resesi.

Negara terancam resesi yang paling pertama adalah Sri Lanka dengan persentasi 85 persen.

Menyusul, New Zealand 33 persen, Korea Selatan, dan Jepang 25 persen.

Kemudian, 20 persen masing-masing untuk China, Hongkong, Australia, Taiwan, dan Pakistan.

Sementara itu, Malaysia 13 persen, disusul oleh Vietnam dan Thailand 10 masing-masing 10 persen.

Baca Juga: Ini Rekomendasi Pilihan Investasi di Masa Resesi, Mana yang Aman?

Daftar negara berpotensi resesi lain adalah Filipina 8 persen, Indonesia 3 persen, dan India 0 persen.

Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, menilai Indonesia punya potensi mengalami resesi meski relatif kecil.

Dan itu merupakan hal yang patut disyukuri.

Dia mengatakan, pemerintah berusaha menekan harga sejumlah komoditas yang dikeluhkan naik.

Selain itu, dia meminta masyarakat memahami kondisi ekonomi yang tidak baik bukan hanya dialami Indonesia, tetapi juga terjadi global.

"Kita masih, alhamdulillah pada risiko 3 persen. Di antaranya harga minyak kemarin yang masih tidak stabil dan alhamdulillah sekarang sudah menuju stabil,” kata Moeldoko.

Meski begitu, lanjut Moeldoko, kita juga harus melihat kondisi ekonomi global saat ini seperti apa.

Mengutip Indiatimes, Kepala Ekonom Nomura Rob Subbaraman mengatakan, kondisi resesi tersebut terjadi sebagai imbas kebijakan bank sentral yang ingin mengendalikan lonjakan inflasi.

Sehingga berpotensi membuat kesalahan dengan pengetatan moneter yang terlalu agresif, yang imbasnya mengorbankan pertumbuhan ekonomi.

"Meningkatnya tanda-tanda bahwa ekonomi dunia memasuki perlambatan pertumbuhan yang tersinkronisasi, yang berarti negara-negara tidak dapat lagi mengandalkan rebound ekspor untuk pertumbuhan, sehingga mendorong kami untuk memperkirakan beberapa resesi," tulis Nomura.

Baca Juga: Kawula Muda, Ini Tips Belanja di Tengah Resesi ala Alexander Thian

Berbeda dengan Presiden AS Joe Biden dan pejabat Gedung Putih lainnya yang meyakinkan bahwa resesi tidak akan terjadi di AS.

Bahkan, saat pemerintah tengah bersiap mengantisipasi pertumbuhan ekonomi yang kemungkinan susut.

"Kami tidak akan berada dalam resesi, dalam pandangan saya. Tingkat pekerjaan masih salah satu yang terendah yang pernah kami alami dalam sejarah. Itu di area 3,6 (persen). Kami masih berdiri, dan masih banyak yang berinvestasi,” kata Biden kepada wartawan mengutip CNN, Senin (25/7).

"Harapan saya adalah kita beralih dari pertumbuhan yang cepat ini ke pertumbuhan yang stabil. Saya rasa tidak' akan terjadi resesi," lanjutnya.

Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judulIni Daftar Negara yang Diperkirakan Akan Masuk "Jurang" Resesi. (*)

Editor : Presi

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya