CERDASBELANJA.ID – Kabar akan terjadi resesi ekonomi bikin kita yang hobi belanja jadi waswas.
Karena kondisi resesi ekonomi harusnya membuat kita mengatur lagi kebiasaan belanja.
Tujuannya agar saat resesi ekonomi kita masih bisa bertahan dan kebutuhan belanja tercukupi.
Tapi, apakah benar akan terjadi resesi ekonomi tahun depan?
Seperti dilansir dari Kompas.com, berbagai lembaga dan analis memprediksi ke depannya akan banyak negara yang masuk ke dalam jurang resesi akibat melemahnya ekonomi global.
Kabar baiknya, mantan Menteri Keuangan (Menkeu) yang juga ekonom, Chatib Basri, memastikan Indonesia bukan salah satu negara yang masuk dalam jurang resesi ekonomi.
Namun, Indonesia tetap akan terkena dampak berupa perlambatan pertumbuhan ekonomi.
"Kalau ditanya apakah Indonesia akan resesi atau tidak, jawaban saya tidak," ujar Chatib saat acara Investor Daily Summit di Jakarta Convention Center, Selasa (11/10).
Menurut Chatib, dampak negatif dari pelemahan ekonomi global akan lebih dirasakan pada negara-negara yang kontribusi ekspor ke PDB besar.
Misalnya seperti negara Singapura di mana ekspor berkontribusi ke PDB lebih dari 200 persen sehingga saat ekonomi global melemah maka perekonomian Singapura akan terpengaruh.
Sementara Indonesia kontribusi ekspor ke PDB masih minim, yaitu sekitar 25 persen sehingga meski ekonomi dunia melemah, tidak berpengaruh banyak terhadap perekonomian Indonesia.
Baca Juga: Ini Daftar Negara Berpotensi Resesi, Indonesia di Peringkat Berapa?
"Porsi ekspor kita terhadap PDB relatif kecil dibandingkan dengan negara seperti Singapura atau Malaysia,” ungkap Chatib.
Chatib menambahkan, “Saya bisa membayangkan bahwa goncangan global akan berdampak negatif ke negara yang terkena dampak signifikan."
Menteri Keuangan periode 2013-2014 itu memperkirakan perlambatan ekonomi Indonesia kemungkinan mulai terjadi di awal 2023.
Pasalnya, pendapatan pemerintah akan berkurang akibat pelambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas.
Oleh karenanya, strategi menggunakan ekspansi fiskal dan pengetatan moneter yang bertujuan untuk menyeimbangkan kondisi internal dan eksternal.
Justru akan menjadi salah satu faktor pelambatan ekonomi Indonesia.
"Jadi implikasinya adalah kita akan melihat kontraksi fiskal pada tahun 2023,” kata Chatib.
Jadi kombinasi kontraksi baik kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal entah bagaimana akan memberi akan menyeret turun pertumbuhan ekonomi untuk tahun depan."
Saat ditemui setelah acara, Chatib memperkirakan ekonomi Indonesia di 2023 hanya dapat tumbuh sedikit di bawah 5 persen.
"Situasinya tantangannya berat, tetapi bukan berarti kita akan mengalami pertumbuhan ekonomi negatif, makanya yang terjadi perlambatan, kalau kita biasa tumbuh di 5,2 persen mungkin di 2023 kita akan tumbuh sedikit di bawah 5 persen," tuturnya.
Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul Chatib Basri: Kalau Ditanya Indonesia Akan Resesi Tidak, Jawaban Saya Tidak...(*)