CERDASBELANJA.ID – Elon Musk resmi menarik diri dari perjanjian untuk membeli Twitter senilai USD44 miliar (Rp659 triliun (kurs Rp14.976)).
Mengutip dari The Verge, dalam pengajuan Jumat sore dengan Komisi Sekuritas dan Bursa, tim Musk mengeklaim bahwa dia mengakhiri kesepakatan karena Twitter melakukan “pelanggaran material” terhadap perjanjian mereka.
Selain itu, pihak Musk mengeklaim Twitter telah membuat pernyataan “palsu dan menyesatkan” selama negosiasi.
"Selama hampir dua bulan, Mr. Musk telah mencari data dan informasi yang diperlukan untuk membuat penilaian independen, tentang prevalensi akun palsu atau spam di platform Twitter. Twitter telah gagal atau menolak untuk memberikan informasi ini,'" tulis tim hukum Musk.
Pihak Twitter sendiri, masih berharap untuk menutup kesepakatan meskipun Musk berusaha menghentikannya.
Di sisi lain, Ketua dewan Twitter Bret Taylor menulis bahwa perusahaan akan mengejar tindakan hukum untuk menegakkan perjanjian merger dan merasa yakin Twitter akan menang di pengadilan.
Musk sendiri, telah bersiap untuk meninggalkan kesepakatan tersebut hanya beberapa minggu setelah ia menandatangani perjanjian.
Musk mengeklaim, bahwa Twitter merilis statistik yang “menyesatkan” terkait prevalensi akun bot atau spam di platform-nya.
Meski demikian, tidak terlalu jelas apakah Musk bisa secara hukum membatalkan perjanjian tersebut hanya karena ia tidak senang dengan adanya spam di Twitter. Apalagi, hal tersebut sebenarnya bisa ia selidiki sebelum menandatangani kesepakatan.
Pihak Twitter sendiri, telah berusaha keras untuk menunjukkan kepatuhannya terhadap berbagai permintaan Musk.
Pada awal Juni, Twitter membuka akses “firehose” ke layanannya, sehingga Musk dan menerima menganalisis sendiri setiap tweet yang diunggah.
Twitter juga terus berusaha meyakinkan publik, bahwa mereka telah mengendalikan akun spam dan bot.
Beberapa waktu lalu, Twitter bahkan berkata kepada media bahwa mereka telah memblokir lebih dari satu juta akun spam per hari.
Kemudian, pada bulan Mei lalu CEO Twitter juga menuliskan sebuah utas panjang terkait bagaimana Twitter menentukan berapa banyak penggunanya yang merupakan akun bot.
Di sisi lain, tim Musk mengeklaim bahwa Twitter melanggar perjanjian mereka ketika memecat dua orang eksekutif, memberhentikan sebagian besar tim perekrut karyawan, dan tidak mengadakan perekrutan karyawan selama beberapa bulan terakhir karena Twitter tidak meminta izin untuk menyimpang dari bisnis mereka.
Ini merupakan kewajiban dari Musk untuk membuktikan bahwa Twitter telah melanggar perjanjian mereka. Apalagi, Musk tidak bisa begitu saja menarik perjanjian dengan sesuka hati.
Selain itu, ada alasan agus bagi Twitter untuk menjaga kesepakatan tersebut. Pasalnya, kesepakatan ini berpotensi menguntungkan bagi pemegang saham Twitter, dengan menawarkan harga USD54,20 per saham, atau naik dari USD36,81 dari perdagangan yang ditutup hari Jumat (8/7).
Selain itu, ada pula uang USD1 miliar sebagai biaya perpisahan yang akan dibayar oleh pihak yang bersalah.
Baik Twitter maupun Musk, harus mengajukan kasus mereka ke pengadilan terkait klaim pelanggaran yang dipermasalahkan.
“Musk harus menunjukkan bahwa ada sesuatu yang sangat mengerikan di sisi lain yang tidak memungkinkan kesepakatan untuk terus berlanjut, dan saya tidak tahu apakah dia akan berhasil meyakinkan hakim bahwa itulah masalahnya," kata Carl Tobias, seorang profesor di Fakultas Hukum Universitas Richmond. (*)