CERDASBELANJA.ID – Pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, terus bertumbuh pesat dan diprediksi akan mencapai USD146 miliar di tahun 2025.
Sementara itu, di tengah adopsi smartphone yang tinggi, penetrasi fintech seperti layanan paylater juga terus meningkat, dengan tingkat pertumbuhan tahunan majemuknya diprediksi mencapai 27,4% selama periode tahun 2021-2028.
Financial Educator & Co-Founder Thirty Days of Lunch Podcast Fellexandro Ruby menyatakan, generasi muda perlu lebih melek digital untuk mengimbangi pertumbuhan ini,
Namun, kata Fellexandro, mayoritas anak muda di Indonesia masih belum bijak dalam mengelola keuangannya sendiri.
“Mayoritas anak muda, lebih sering khilaf dalam menggunakan asetnya. Pasalnya, kita gampang tergoda dengan apa yang kita lihat di media sosial,” ujar Fellexandro dalam diskusi virtual, Jumat (11/3).
Fellexandro menjelaskan, secara rata-rata generasi muda melihat media sosial minimal 3,5 jam per hari.
Di dalam 3,5 jam saat kita melihat media sosial seperti Instagram, TikTok, YouTube, Facebook, Twitter dan sebagainya, kita selalu melihat beragam unggahan teman.
Di dalam media sosial, tentunya ada banyak unggahan yang bisa dilihat. Misalnya unggahan yang menampilkan teman kita sedang jalan-jalan, punya mobil baru, rumah baru dan sebagainya.
“Mau enggak mau kita jadi tergoda, kita membandingkan diri dengan orang lain. Lalu melihat ada kesempatan untuk mengejar lewat paylater, tetapi tidak dimanfaatkan dengan bijak,” kata Fellexandro.
Baca Juga: Ini 4 Cara Mudah Mengatur Cash Flow Keuangan Sepanjang Tahun 2022
Untuk itu, kata Fellexandro, bisa dibilang kecenderungannya kita sekarang adalah lebih gampang dipengaruhi, lewat berbagai unggahan di media sosial.
“Salah satu cara terbaik untuk pengelolaan keuangan, adalah matikan media sosial kalian. Percayalah, setelah detoks nggak akan ada keinginan yang aneh-aneh,” lanjut Fellexandro.
Ia melanjutkan, sadar atau tidak, di dalam kehidupan ekonomi masyarakat ada beberapa musimnya.
Musim ini, bisa kita manfaatkan untuk mengelola keuangan dengan baik agar tidak mengalami kesulitan di masa tua.
Adapun musim pertama, adalah saat berusia 0 tahun-20 tahun yang mana kita masih bergantung dengan orang tua.
Musim kedua, adalah saat kita berusia 20 tahun-40 tahun. Musim ketiga, adalah saat berusia 40 tahun-60 tahun.
Lalu, musim terakhir adalah kita masuk usia yang mungkin sudah tidak terlalu produktif, yaitu masa pensiun usia 60 tahun- 80 tahun.
“Artinya, kita punya usia emas (golden age), antara kita umur 20 tahun saat kita lulus kuliah sampai kita umur 60 tahun, Ada rentang waktu 35 tahun-40 tahun, itu yang kalau kita missed untuk memanfaatkan musim itu, kita jadi kelewatan. Udah nggak bisa lagi, atau sulit untuk kita kejar apalagi kalau kita sudah tidak produktif,” jelasnya.
Untuk itu, kata Fellexandro, sebisa mungkin keputusan keuangan kita diutamakan atau prioritaskan untuk yang produktif dulu.
Baca Juga: Awas, 5 Kebiasaan Sepele Ini Bisa Bikin Tujuan Keuangan Selalu Gagal
Tantangan terbesarnya, adalah mau bersabar dan menahan kesenangan sesaat. Khususnya, segala keinginan yang masih bisa dilakukan nanti saat kondisi keuangan kita sudah lebih sehat dan lebih berdaya lagi.
“Nah, kalau kita nggak memperjuangkan keuangan di usia 20-an atau di usia 30-an, maka yang ada kita nanti baru selesai waktu kita umur 60 tahun. Tanamkan pilihan apakah kita mau capek sekarang, atau capek nanti?” tutup Fellexandro. (*)